Metode Sentra di TK Islam Permata Cendekia (Bagian 1)



Yang perlu kita pahami dalam mendidik anak adalah dunia anak adalah dunia bermain, oleh karenanya maka sistem pembelajaran anak-anak tentu berbeda dengan sistem pembelajaran orang dewasa. Menggali seluruh potensi dan daya kreasi anak sangat penting untuk dilakukan sebagai bekal di masa mendatang, tetapi jangan sampai mematikan potensi lainnya yang dimiliki si anak. Cara belajar yang menyenangkan, tidak tertekan dan merdeka belajar wajib diterapkan kepada anak-anak. Yang kedua pembentukan akhlak dan karakter dimulai dari masa kanak-kanak, dan harus dibiasakan sejak dini. Pembiasaan ini akan membuahkan hasil jika dilakukan secara konsisten, teratur, terus menerus dan berulang-ulang. Biasanya akan terlihat di usia SD.

Maka untuk melangkah menuju sekolah yang baik dan benar, TK Islam Permata Cendekia (TK Percen) mulai menggunakan model pembelajaran sentra atau BCCT (Beyond Centre and Circle Time) mulai tahun 2016 dengan berbasiskan pengamatan kecerdasan majemuk (multiple intelligence) dan pemeriksaan kecerdasan STIFIN.

Metode Sentra atau Beyond Centers and Circle Time (BCCT) adalah model kurikulum pendidikan anak usia dini yang dirancang oleh Pamela C. Phelps, Ph.D., seorang pendidik yang telah 40 tahun lebih menekuni bidang pendidikan anak usia dini. Phelps mengembangkan BCCT di lembaga pendidikan dan penelitian Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT), Tallahassee, Florida, Amerika Serikat. Di dalam lembaga itu, ia mengelola Creative Pre-School, yang sejak tahun 1989 ditetapkan sebagai sebuah model negara bagian dan kemudian nasional sebagai sekolah usia dini inklusif, yang dapat melayani anak-anak berkebutuhan khusus.

Metode Sentra atau BCCT dirancang untuk memenuhi kebutuhan tiga jenis main sebagai modal belajar anak usia dini. Ketiga jenis main yang dibutuhkan anak usia dini itu adalah main sensorimotorik, main pembangunan, dan main peran (Sara Smilansky, 1992, dan Charles H. Wolfgang, 1991). Pemenuhan kebutuhan ketiga jenis main dijalankan secara terpadu dan terukur sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak. Ketiga jenis main itu disediakan di dalam Sentra-Sentra.

Konsep dari metode ini intinya merupakan pendekatan yang berpusat pada anak, yaitu anak ditempatkan sebagai subyek pembelajar yang menentukan dari mana dan dengan siapa ia akan belajar. Walaupun demikian, pada setiap anak mulai ditanamkan sikap bertanggung jawab, yang tertuang dalam prosedur kerja yang menjadi aturan dalam setiap kegiatan yang dilalui. Kelima prosedur kerja itu adalah memilih pekerjaan, bekerja tuntas, lapor, dan beres-beres.

Setiap hari, setiap guru Sentra menyediakan rangkaian aktivitas main selama satu hari belajar bagi anak-anak. Rangkaian aktivitas itu harus direncanakan dengan matang agar dapat memfasilitasi proses pembangunan kemampuan anak secara menyeluruh sesuai dengan tahap-tahap perekembangannya. Pembangunan kemampuan itu mencakup psikomotor, afeksi, kognisi, sosial, ystem, dan estetika. Dalam merencanakan pengalaman main, guru memperhatikan dengan teliti kecukupan jumlah aktivitas main (densitas) dan lama proses bermain (intensitas).

Selama anak bermain atau beraktivitas, guru menjalankan fungsinya sebagai fasilitator yang memberi pijakan-pijakan (scaffolding) yaitu dengan memberikan pijakan pada siswa sebagai landasan kegiatan pada hari itu:

1.  pijakan pengalaman sebelum main, yang berisikan kesepakatan yang dibuat sebagai aturan saat bermain (belajar),

2.   pijakan pengalaman saat main dalam kegiatan ini guru bertindak sebagai observer yang mengamati dan memantau tingkah laku dan kosakata saat anak bermain,

3.   pijakan pengalaman setelah main, dalam kegiatan ini anak didik membereskan ystem alat main yang telah digunakan. Lalu, diadakan recalling (mengingat ystem) anak didik menceritakan pada guru kegiatan apa yang telah dilaksanakannya.

Dengan demikian, bentuk aktivitas guru adalah indirect teaching. Dalam fungsi ini, guru harus cermat memutuskan kapan saat yang tepat, dalam situasi seperti apa, dan seberapa jauh melibatkan diri atau memberikan feedback pada proses bermain(belajar) anak. Dengan pendekatan ini, tiap-tiap kelas juga berfungsi sebagai sentra. Siswa akan memasuki sentra-sentra setiap hari dengan sistem rotasi/berpindah kelas.


Daftar Pustaka

Fauzi, A., Winata, W., & Ansharullah, A. (2021). PENGEMBANGAN KARAKTER KEPEDULIAN MELALUI KURIKULUM “SENTRA” DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ADDIE. Instruksional2(1), 64-69.

Lindberg, E. K. (2015). Preschool creative drama: a curriculum and its effects on learning.

Yetti, E., & Ruqoyah, A. (2016, December). Influence Of Learning Model Beyond Centers And Circle Times (Bcct) And Independence The Creativity Of Children Ages 5-6 Yeart. In ISQAE 20165 INTERNATIONAL SEMINAR ON QUALITY & AFFORDABLE (p. 207).

Ruqoyah, A. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Beyond Centers and Circle Times (BCCT) dan Kemandirian Terhadap Kreativitas. Jurnal pendidikan usia Dini10(1), 81-98.