Kenapa harus metode
sentra??
Metode Sentra merupakan
paradigma baru di bidang pendidikan. Kita mungkin sudah terbiasa dari kecil dengan
sistem pembelajaran klasikal. Pada prinsipnya metode sentra berbeda dengan metode
konvensional/klasikal. Dalam pembelajaran dengan Metode Sentra,
kurikulum tidak diberikan secara klasikal, melainkan individual, disesuaikan
dengan tahap perkembangan masing-masing anak. Maka, jumlah murid dalam satu
kelas dibatasi, maksimal 10 sd 12 anak. Basis pembelajaran adalah bermain
sambil belajar. Suasana belajar-mengajar dibangun untuk memberikan rasa nyaman
dan menyenangkan.
Untuk mencapai suasana tersebut, guru bersama murid duduk dalam lingkaran atau U-shape, supaya posisi mata guru sejajar dengan mata para murid, sehingga tidak ada jarak. Materi ajar dikomunikasikan secara interaktif dan kongkret, dengan menempatkan murid sebagai pusat pembelajaran. Guru pun menyapa para murid dengan sebutan “teman.” Ketika memasuki kelas, guru tidak datang dengan sikap “akan mengajar apa kepada anak hari ini” melainkan “aku akan belajar apa dari anak hari ini.” Metode ini membangun “kecerdasan majemuk” secara bersamaan dan berimbang: kecerdasan logika-matematika, bahasa, tubuh (kinestetik), ruang (spasial), kemandirian (intrapersonal), kepedulian sosial (interpersonal), musik. Seluruh potensi kecerdasan itu dibangun melalui sentra-sentra bermain yang meliputi tiga jenis main: main pembangunan, sensorimotor dan main peran.
Dengan menerapkan metode sentra ini diharapkan semoga banyak hal positif yang dapat dirasakan anak didik, guru, maupun orang tua. Bagi anak didik, mereka menjadi lebih leluasa dalam membuat pilihan dan terbiasa sejak dini untuk mampu mengambil keputusan, selain itu meningkatkan kemampuan bersosialisasi karena dengan kelas yang berpindah, anak didik akan bertemu guru yang berbeda setiap hari, selanjutnya juga dapat melatih empati, mengontrol emosi, dapat berbagi mainan dan media. Bagi guru, tantangan untuk memperdalam kemampuan mengajar sentra semakin terbuka dan berkembang setiap saat.
Anak-anak dirangsang untuk berani mengekspresikan diri dengan baik melalui lisan/berbicara, tulisan dan gambar. Selama pembelajaran guru melakukan komunikasi interaktif dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, untuk melatih kemampuan dan kemandirian anak dalam menyampaikan ide/hal yang ingin ia sampaikan baik secara lisan, tulisan maupun coretan gambar. Tolak ukur keberhasilan lulus TK adalah kemandirian, keberanian mengungkapkan dan menyampaikan, mulai menunjukkan karakter baik dan kesiapan memasuki sekolah dasar.