Bermimpi Punya Gedung Sekolah Sendiri.

Beberapa hari ini kami sering searching di Internet, mengumpulkan data-data tentang "Building made from plastic bottles". Kami tertarik dan ingin sekali mendirikan seperti yang sudah pernah mendirikan di negara lain. Doakan kami ya semoga kami bisa menjadikan mimpi kami jadi kenyataan. Berharap dengan keterbatasan yang kami miliki kami bisa berguna dan bermanfaat bagi lingkungan kami.

Anak-anak Adalah Masa Depan Kita



" Dalam kesadaran anak-anak, masa lalu itu nyaris terlupakan, dan masa depan itu belum mereka mengerti; mereka hanya hidup sepenuhnya dalam hari ini."

Dalam hal ini, yaitu cara menikmati kehidupan; anak-anak tampil lebih bijak daripada kebanyakan orang dewasa.
Tidak sedikit orang dewasa yang hidup dalam masa lalu mereka, atau yang hidup dalam pengandai-andaian masa depan mereka, dan bahkan lebih banyak lagi yang tidak menyadari bahwa dia seharusnya hidup dengan sepenuhnya hari ini.
Tetapi, anak-anak hidup di hari ini, di saat ini.

Dapatkah Anda membayangkan kesulitan yang harus dihadapi oleh seorang anak yang tinggal bersama orang tua yang masih hidup dalam penyesalan tentang masa lalu mereka?

Dan dapatkah Anda mengharapkan seorang anak untuk tumbuh menjadi seorang dewasa yang penuh kepercayaan diri, jika dia menyaksikan kelemahan semangat orang tuanya yang tidak berharapan baik tentang masa depan mereka?

"Apakah yang Anda janjikan kepada bayi Anda, pada hari kelahirannya?"
Adakah Anda menjanjikan kebesaran baginya? Atau, apakah Anda janjikan bahwa dia akan pulang ke rumah yang diisi oleh orang tua yang bergembira untuk membantunya mencapai apa pun kebesaran yang diinginkannya?
Apakah yang Anda janjikan kepada bayi itu?
Tidak ada seorang pun yang demikian jahat - sehingga mampu melihat kedalam mata kecil bayi-nya, dan berkata: “Aku akan membuat mu menderita. Aku akan membuat mu melihat sisi-sisi buruk mu saja. Aku akan membuat mu merasa tidak cukup baik untuk apa pun. Aku akan pastikan kamu tahu bahwa kamu lah sumber dari semua masalah ku. Aku akan menyalahkan mu untuk semua kesulitan ku. Aku akan membuat mu menyesali kelahiran mu di dunia ini.”

Sulit dibayangkan bahwa ada orang yang mampu menjadikan dirinya sejahat itu pada hari kelahiran anaknya. Tetapi, ternyata, tidak sedikit orang tua yang betul-betul bersikap dan berlaku yang menjadikan bayi-bayi lucu itu menyesali kelahiran mereka.

Dan yang paling menyayat hati, adalah bila tubuh-tubuh mungil itu gemetar lemah penuh kesedihan - karena mereka mulai menerima bahwa mereka lah penyebab kesusahan orang tua mereka, dan bahwa mereka memang pantas untuk mendapatkan perlakuan buruk yang telah mereka terima.
Sesungguhnya, di manakah kau tinggalkan hati mu?
"Anda bisa melihat citra sang orang tua dengan memperhatikan perilaku anak-anak mereka."
Satu-satunya cara untuk menumbuhkan seorang anak yang baik adalah menjadikannya seorang anak yang berbahagia.

Dan satu-satunya cara untuk menjadikannya berbahagia adalah menjadikan diri Anda seorang dewasa yang bersikap baik kepadanya.

Seorang bayi adalah peniru yang setia. Dia tidak mengenal cara-cara awal yang lain untuk belajar dari kita, kecuali melalui pengamatan dan peniruan dari apa pun yang kita tampilkan kepadanya.

Dia hanya seorang bayi. Bagaimana mungkin Anda bisa berharap bahwa dia mengetahui perbedaan antara yang baik dan yang buruk - tanpa bantuan?

Dia tidak memiliki informasi awal yang akan mengingatkannya bahwa sebagian orang dewasa bukan lah contoh yang baik; bahwa sebagian dari mereka akan mengajarkan hal-hal yang membuatnya digolongkan bersama mereka yang direndahkan. Dan bahkan ada pembelajaran dari mereka yang disebut dewasa itu - yang akan menjadikan diri sang anak lebih sesuai bagi penjara.

"Sesungguhnya kita sedang mencari seorang pahlawan bagi diri kita." Kita membutuhkan seseorang untuk kita hormati.

Anak-anak tanpa pahlawan - sedikit sekali yang akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi dewasa yang bangga dan membanggakan.

Mereka membutuhkan seorang dewasa yang bisa mereka kagumi. Mereka membutuhkan seorang kuat, yang bersamanya - mereka merasa terlindungi.

Mereka membutuhkan seorang sahabat dewasa yang akan menuntun dan mendorong mereka untuk tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang kuat dan mandiri. Mereka membutuhkan seorang teladan.

Mereka, anak-anak kita itu - lebih membutuhkan seorang pahlawan untuk mereka teladani, dan bukan seorang kritikus yang semena-mena merendahkan diri-diri kecil yang tidak terlindungi itu - hanya karena yang lebih tua itu - mampu mendatangkan penyiksaan yang tak terlawankan.

Jadikan lah diri Anda orang tua yang mencontohkan kegembiraan dalam memenangkan kualitas kehidupan yang baik, agar anak-anak kita juga bersemangat menjadikan diri mereka tumbuh dengan tubuh yang sehat, cara pandang yang jernih, dan pemikiran yang cemerlang.

Bagi seorang anak, tidak ada seorang pahlawan yang lebih agung daripada seorang dewasa yang berlutut membantunya, dan berbisik “Ketahui lah bahwa aku sangat menyayangi mu.”

di ambil dari :http://marioteguh.blogspot.com/2009/04/greatest-love-of-all-anak-anak-adalah.html

Bergerak atau tergantikan


“Satu-satunya hal agar kejahatan bisa menang adalah orang baik tidak berbuat apa-apa”
(Edmund Burke)
Tidaklah sama orang-orang yang bergerak dan berjuang dengan orang-orang yang pasrah terhadap nasib. Beberapa orang enggan berbuat karena takut gagal dan menanggung resiko dari pilihan-pilihan hidup yang ada. Beberapa orang berani menembus belantara mengejar citanya walaupun kegagalan senantiasa menghantui. Kisah orang besar dan menyejarah tidaklah jauh dari rangkaian kegagalan dan terjerembab jatuh pada hal yang pahit, namun setelah itu akan ada r50509_137012680726_4764110_nangkaian sukses pada penggal episodenya.
Jika merujuk pada salah satu pesan Ilahi yang terdapat pada beberapa penggal ayat-Nya ( Qs. Al-’araf 163-165) maka kita akan menemukan beberapa golongan manusia yang hidup di muka bumi ini, setidaknya akan ada 3 golongan. Pertama adalah golongan pendosa yang bahkan tidak tanggung-tanggung kesesatannya, karea dalam pesan tersebut golongan ini berani “menipu” Tuhannya. Kedua adalah golongan yang tidak berbuat dosa namun cenderung mencemooh orang-orang yang melarang orang berbuat Dosa. Ketiga adalah mereka yang tidak berbuat dosa dan mau peduli terhadap lingkungan sekitar bahkan mereka berusaha mengadakan perbaikan.
Pada pesan tersebut akhir cerita dari tiap golongan sangatlah berbeda, Golongan pendosa mendapatkan Rewardnya yaitu azab dan kenistaan Jahanam, Golongan Ketiga mendapatkan punishment-nya berupa kebahagian. Yang tidak disebutkan adalah Golongan kedua, golongan yang tidak berbuat dosa namun tidak mau mengadakan perbaikan, cenderung diam, statis dan opportunis mungkin ini yang terjadi di zaman sekarang ini. Yang pasti golongan ini tidak termasuk kedalam golongan yang diselamatkan dan bahagia walau belum pasti dia mendapat siksa, namu kecenderungannya adalah menuju golongan yang mendapat siksa. Bahkan beberapa ahli tafsir, mereka tidak disebutkan karena betapa tidak bergunanya mereka dimuka bumi ini.
Pada akhirnya kita akan temukan bahwa segala pilihan mengandung reward n Punishment-nya masing-masing. Itulah hidup, seni memilih satu diantara dua pilihan atau lebih dan hanya ada satu pilhan yang tepat, benar atau yang paling sesuai. Melihat kondisi zaman yang cenderung Destruktif dari segala bidang ini, kita tidak hanya membutuhkan orang baik namun orang-orang yang mau melakukan perbaikan. Orang-orang yang berpikir kecil dengan cara hidup untuk dirinya sendiri maka mereka akan mati sebagai jiwa yang kerdil, namun ketika orang mampu hidup untuk orang lain dan ikut bertanggung jawab menyelaraskan lingkungan dan memperbaikinya maka mereka akan mati sebagai orang yang berjiwa besar, begitulah risalah dari seorang Sayyid Quthb.
Laiknya pertandingan sepakbola, maka akan ada pemain yang digantikan. Setidaknya jika pemain lama cidera, tidak produktif, tidak mampu bekerja sama atau sudah lelah. Maka begitupun dengan kehidupan, mereka-mereka yang cidera semangatnya untuk berbuat, tidak produktif dalam kebermanfaatan, tidak mampu bertenggang rasa atau sudah lelah hidup maka tunggulah sang Sutradara akan menggantikan mereka dengan orang-orang yang jauh lebih sehat semangat berbaginya, berani hidup dan mampu bermanfaat, karena “Aku bermanfaat, maka aku ada”. Begitulah sampai kemudian peluit kehidupan ini ditiupkan.
Sahabat, mari kita menjadi bijak dalam menentukan pilihan. Lihatlah kehidupan orang-orang kemarin untuk kita pelajari dihari ini agar kita tidak terperosok pada penggal episode pahit yang sama.
Diambil dari : http://jeehad13.multiply.com/journal/item/31

Cara Mendidik Anak

Bila Anda berpikir apakah Anda adalah orang tua yang teladan ? Maka jawaban Anda, pasti tentu saja saya orang tua teladan bagi anak saya. Mana ada sih “Harimau yang memakan anaknya sendiri”, atau mungkin mana mungkin sih kita mencelakakan anak kita sendiri. Orang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi putra-putrinya. Kenyataannya banyak orang tua yang melakukan kesalahan dalam mendidik putra-putrinya.
Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang mungkin Anda tidak sadari terjadi dalam mendidik anak Anda :
1. Kurang Pengawasan
Menurut Professor Robert Billingham, Human Development and Family Studies – Universitas Indiana, “Anak terlalu banyak bergaul dengan lingkungan semu diluar keluarga, dan itu adalah tragedi yang seharusnya diperhatikan oleh orang tua”. Nah sekarang tahu kan, bagaimana menyiasatinya, misalnya bila anak Anda berada di penitipan atau sekolah, usahakan mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana. Bila pengawasan Anda jadi berkurang, solusinya carilah tempat penitipan lainnya. Jangan biarkan anak Anda berkelana sendirian. Anak Anda butuh perhatian.
2. Gagal Mendengarkan
Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D. “Banyak orang tua terlalu lelah memberikan perhatian – cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan”, contohnya Aisyah pulang dengan mata yang lembam, umumnya orang tua lantas langsung menanggapi hal tersebut secara berlebihan, menduga-duga si anak terkena bola, atau berkelahi dengan temannya. Faktanya, orang tua tidak tahu apa yang terjadi hingga anak sendirilah yang menceritakannya.
3. Jarang Bertemu Muka
Menurut Billingham, orang tua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan, biarkan anak belajar dari kesalahan agar tidak terulang kesalahan yang sama. Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, tetapi jangan mengambil keuntungan demi kepentingan Anda.
4. Terlalu Berlebihan
Menurut Judy Haire, “banyak orang tua menghabiskan 100 km per jam mengeringkan rambut, dari pada meluangkan 1 jam bersama anak mereka”. Anak perlu waktu sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan kreatifitas tumbuh.
5. Bertengkar Dihadapan Anak
Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah “bertengkar” dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar didepan anak mereka, khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya menghangatkan diskusi diantara mereka, tanpa anak-anak disekitar mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi usahakan tanpa amarah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.
6. Tidak Konsisten
Anak perlu merasa bahwa orang tua mereka berperan. Jangan biarkan mereka memohon dan merengek menjadi senjata yang ampuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua harus tegas dan berwibawa dihadapan anak.
7. Mengabaikan Kata Hati
Menurut Lisa Balch, ibu dua orang anak, “lakukan saja sesuai dengan kata hatimu dan biarkan mengalir tanpa mengabaikan juga suara-suara disekitarnya yang melemahkan. Saya banyak belajar bahwa orang tua seharusnya mempunyai kepekaan yang tajam tentang sesuatu”.
8. Terlalu Banyak Nonton TV
Menurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun menonton 3 jam dan 22 menit siaran TV sehari. Menonton televisi akan membuat anak malas belajar. Orang tua cenderung membiarkan anak berlama-lama didepan TV dibanding mengganggu aktifitas orang tua. Orang tua sangat tidak mungkin dapat memfilter masuknya iklan negatif yang tidak mendidik.
9. Segalanya Diukur Dengan Materi
Menurut Louis Hodgson, ibu 4 anak dan nenek 6 cucu, “anak sekarang mempunyai banyak benda untuk dikoleksi”. Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan liburan yang mewah. Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda membutuhkan quality time bersama orang tua mereka. Mereka cenderung ingin didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam.
10. Bersikap Berat Sebelah
Beberapa orang tua kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak sambil menjelekkan pasangannya didepan anak. Mereka akan hilang persepsi dan cenderung terpola untuk bersikap berat sebelah. Luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit disela kesibukan Anda. Dan pastikan anak tahu saat bersama orang tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.

Sekilas Tentang TK ISLAM PERMATA CENDEKIA



Setiap anak dilahirkan cerdas, unik dan istimewa. Tetapi kecerdasan tiap anak tentu berbeda-beda. Ada anak yang cerdas kognitif, ada yang cerdas linguistik, dan ada pula yang cerdas motorik. Umur 0-6 tahun disebut sebagai usia keemasan (golden age) adalah usia penting bagi perkembangan otak anak. Tempat belajar yang nyaman dan menyenangkan tentu akan sangat membantu proses perkembangan otak anak. Ketika sekolah sudah menjadi tempat hiburann yang paling menyenangkan bagi mereka, maka sekolah telah berhasil mendidik mereka untuk cinta dan rindu belajar ilmu pengetahuan. Ya .... bermain dan belajar sesuai dunia mereka, dunia anak-anak.

Di PERMATA CENDEKIA, kami memahami akan hal itu. Menempati gedung 2 lantai, dilengkapi dengan mainan indoor dan outdoor yang aman bagi putra-putri anda. Di sini mereka belajar membaca, menulis, dan mengenal angka (CALISTUNG) sebagai bekal persiapan memasuki bangku sekolah dasar. Disamping itu baca tulis quran (BTQ) menggunakan metode tilawati, hafalan hadits pendek, surat-surat pendek, pembiasaan sholat dhuha, doa-doa sehari untuk memperkuat sisi keagamaannya. Yang tak kalah penting, adalah belajar menari, menyanyi, dan bermain musik untuk menstimulasi kecerdasannya yang lain. Dilengkapi pula dengan perpustakaan dan media pembelajaran yang menarik.

Akhlak dan perilaku dibentuk dengan membiasakan hal-hal yang baik sedini meungkin berbasiskan agama dan norma kesopanan, juga keteladanan dari guru yang baik dan penyabar. Interaksi sosial dengan sebayanya, belajar berbagi, melatih empati, serta belajar bekerjasama menjadikan anak berakhlak mulia, percaya diri, dan terlatih sosial emosionalnya. Proses belajar mengajar pun tidak monoton di dalam kelas, tetapi di ruang publik, panggung dan alam terbuka.

Maka jangan ragu untuk menitipkan putra-putri anda di PERMATA CENDEKIA. Mari bergabung bersama kami mendidik dan mencetak generasi jujur, cerdas, berkualitas dan terkemas. Mewujudkan cita-cita dan harapan mereka. 

Informasi lebih jelas silahkan hubungi:
Ibu Erva di TK ISLAM PERMATA CENDEKIA
Telp/WA: 0815 8666 5078
email: tkpermatacendekia@gmail.com | Facebook: TK ISLAM PERMATA CENDEKIA
Website di http://paudpermata.blogspot.com 




“PAUD PERMATA Seperti Kandang Kambing”

LASKAR PELANGI
Oleh : Andrea Hirata

TAK susah melukiskan sekolah kami, karena sekolah kami adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan sekolah miskin di seantero negeri ini yang jika disenggol sedikit saja oleh kambing yang senewen ingin kawin, bisa rubuh berantakan.
Kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiyah. Maka kami, sepuluh siswa baru ini bercokol selama sembilan tahun di sekolah yang sama dan kelas-kelas yang sama, bahkan susunan kawan sebangku pun tak berubah selama sembilan tahun SD dan SMP itu.
Kami kekurangan guru dan sebagian besar siswa SD Muhammadiyah ke sekolah memakai sandal. Kami bahkan tak punya seragam. Kami juga tak punya kotak P3K. Jika kami sakit, sakit apa pun: diare, bengkak, batuk, flu, atau gatal-gatal maka guru kami akan memberikan sebuah pil berwarna putih, berukuran besar bulat seperti kancing jas hujan, yang rasanya sangat pahit. Jika diminum kita bisa merasa kenyang. Pada pil itu ada tulisan besar APC. Itulah pil APC yang legendaris di kalangan rakyat pinggiran Belitong. Obat ajaib yang bisa menyembuhkan segala rupa penyakit.
Sekolah Muhammadiyah tak pernah dikunjungi pejabat, penjual kaligrafi,pengawas sekolah, apalagi anggota dewan. Yang rutin berkunjung hanyalah seorang pria yang berpakaian seperti ninja. Di punggungnya tergantung sebuah tabung aluminium besar dengan slang yang menjalar ke sana kemari. Ia seperti akan berangkat ke bulan.
======================================================================================================
Paragraf –paragraf di awal kisah ini hampir sama dengan keadaan sekolah kami, kata orang kumuh dan terkesan tidak layak untuk dijadikan sekolah. Pun begitu kami tetap berusaha semampu kami memberikan pendidikan terbaik bagi masyarakat di desa kami. Kami sadar dengan keterbatasan kami, dimana saat ini tempat yang kami tempati statusnya adalah kontrakan dengan segala minusnya. Ditambah lagi dengan banjir dan bocor dikala hujan menerpa sekolah kami.
Tak pernah kami meminta-minta atau menghiba kepada orang lain untuk membantu kami, tetapi kalo sekiranya ada bantuan yang mampir ke tempat kami pun juga tidak kami tolak. Mimpi kami saat ini adalah mempunyai bangunan sekolah sendiri tanpa harus diremehkan orang, menjadikan sekolah kami sekolah bagi masyarakat di desa kami, setelah PAUD yang kami dirikan, kami ingin mendirikan sebuah Taman Bacaan Masyarakat dimana mereka bisa lebih banyak belajar dan mengembangkan usaha-usaha yang selama ini belum pernah mereka kembangkan. Kami ingin mengubah kehidupan ekonomi dan sosial, juga perilaku dan budaya di desa kami.
Tetapi memang benar pepatah jawa “Jer basuki Mowo Beyo” Segala sesuatu itu perlu pengorbanan dan perjuangan, seperti apa yang kami rasakan saat ini. Semoga Alloh meridhoi apa yang kami lakukan saat ini dan memberikan pertolongan serta kemudahan bagi kami. Amin
Sukarukun, Maret 2011.

Menjadi Kaya Dengan Sedekah

Semua berawal dari perkataan teman tentang sedekah. Dia bercerita tentang Ustad Yusuf Mansur yang menganjurkan sedekah untuk mendapatkan tujuan kita. Dalam kondisinya, dia ingin segera menikahi tambatan hatinya namun kekurangan biaya. Ia pun mulai bersedekah berdasarkan jumlah nominal uang yang ia perlukan untuk membuat resepsi pernikahan nanti.
Karena penasaran dengan Ustad Yusuf Mansur yang telah membuat teman saya sangat terinspirasi itu, saya pun segera mencari informasi tentang Ustad Yusuf Mansur. Ternyata saya menemukan film ‘Kun FayaKuun‘ yang dibuat oleh Ustad Yusuf Mansur. Film ini bercerita tentang kehidupan seorang tukang kaca yang jauh dari mencukupi, namun tukang kaca itu tidak berputus asa dari rahmat Allah dan ia tetap bersedekah meskipun kekurangan.
Film ini sangat menginspirasi saya sehingga malam itu juga saya memutuskan besok pagi saya akan naik bis ke kantor agar bisa membeli banyak barang yang ditawarkan ke saya di dalam bis dengan maksud sedekah. Alhamdulillah, baru saja berniat seperti itu, besok paginya saya diajak meeting mendadak oleh seseorang dan dari pembicaraan kami telah lahir sebuah peluang yang nilainya ratusan kali lipat dari jumlah yang saya niatkan untuk sedekah. Subhanallah, baru niat saja sudah seperti itu! Saya pikir ini kebetulan, tapi waktu mendengarkan testimoni ibu ini di YouTube, saya yakin ini bukan sekedar kebetulan.
Saya semakin penasaran dan membeli buku dengan judul ‘The Miracle of Giving‘ yang ditulis oleh Ustad Yusuf Mansur sendiri. Di dalam buku itu, disebutkan dalam Al-Qur’an Surat 6:160, Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik. Bahkan di dalam Al-Qur’an Surat: 2: 261, Allah menjanjikan balasan sampai 700 x lipat.  Selama ini terus terang saya nggak menyadarinya. Insya Allah sedekah terus saya lakukan, tapi saya nggak pernah ‘menghitung’ dan mengharapkan apa yang akan saya dapatkan nanti dari Allah. Saya tidak menghubung-hubungkan rejeki yang saya terima dengan sedekah yang saya lakukan, padahal itu berkaitan erat!
Di dalam buku ini, Ustad Yusuf Mansur berkata, apa yang sudah kita ketahui ini akan menjadi ilmu buat kita. Sehingga jika kesusahan dalam hal finansial, nggak susah-susah minta tolong orang lain, tapi langsung minta tolong kepada Allah. Karena sadar dengan hal ini pun, saya jadi berusaha untuk sedekah dengan lebih baik dan terencana.
Beberapa tips menjadi kaya dari masukan Ustad Yusuf Mansur:
  1. Shalat Dhuha 4 rakaat (dilaksanakan dalam 2 rakaat – 2 rakaat) dapat membuka pintu rizqi
  2. Meminta pada Allah saat Shalat Tahajjud
  3. Memelihara dan memberi makan anak yatim
  4. Sedekah 10% dari penghasilan, karena 2,5% saja tidak cukup
  5. Sedekah 10% dari jumlah yang diinginkan. Dengan konsep ini, jika kita ingin membeli rumah seharga Rp 100 juta, maka kita harus bersedekah sekitar Rp 10 juta terlebih dahulu. Karena beginilah matematika sedekah menurut Ustad Yusuf Mansur
    10 – 1 = 19
    Dalam matematika biasa memang 10 – 1 adalah 9. Namun karena Allah menjanjikan balasan 10x lipat, maka minimal kita akan mendapatkan 19. Jika perhitungan dilanjutkan maka akan seperti ini:
    10 – 2= 28
    10 – 3= 37
    10 – 4= 46
    10 – 5= 55
    10 – 6= 64
    10 – 7= 73
    10 – 8= 82
    10 – 9= 91
    10 – 10= 100
    Jadi sekarang agak ‘masuk akal’ kan jika ingin beli rumah Rp 100 juta maka harus bersedekah Rp 10 juta dulu :)
  6. Tambahan dari saya mungkin bisa dicoba. Saya selama ini bersedekah untuk sesuatu yang sifatnya dapat berlipat ganda. Misalnya, sedekah untuk pendidikan anak, sedekah untuk alat ibadah, dll, yang kemungkinan pahalanya dapat saya bawa hingga mati (karena terus mengalir).
Last but not least, kadang-kadang untuk bisa percaya, kita perlu membuktikan. Mungkin dari pengalaman sendiri sudah banyak, tapi karena nggak perhatian akhirnya kita lupa. Silahkan baca pengalaman-pengalaman orang lain yang bersedekah dan merasakan manfaatnya di situs Wisata Hati milik Ustad Yusuf Mansur. Selamat bersedekah!

Sekolah Murah Berkualitas Bisa Diwujudkan

Peran Masyarakat Dibutuhkan
Lembaga pendidikan yang murah namun kualitasnya bisa dipertanggungjawabkan bukan sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan.
Kuncinya, pengelolaan sekolah yang baik dan melibatkan peran serta masyarakat sehingga sekolah tidak dibiarkan jalan sendiri.
Demikian terungkap dalam seminar dan workshop bertajuk “Membangun Pendidikan yang Bermutu dan Unggul” yang diselenggarakan Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, Bekasi, bekerja sama dengan Lembaga Manajemen Universitas Negeri Jakarta, Kamis (14/2).
Dewan Pembina Madrasah Nurul Huda, Hilmi Muhammadiyah, mengatakan, di Madrasah Nurul Huda di Bekasi, misalnya, murid madrasah ibtidaiyah dan tsanawiyah sama sekali tidak dipungut bayaran. Mereka juga tidak perlu membayar biaya sumbangan awal atau gedung. Di madrasah lain yang dibinanya, yakni Annahlah di kawasan Sawangan, Depok, juga demikian. Bahkan, selain pembebasan biaya sekolah, murid yang harus tinggal di asrama juga tidak dikenai iuran. Buku dan seragam juga disediakan.
Pengelolaan manajemen sekolah sangat penting. Hilmi mengatakan, dana pembangunan awal madrasah didapat dari wakaf dan bantuan lain.
Selain itu, agar dapat menopang penyelenggaraan pendidikan, lembaga pendidikan mendirikan pula badan usaha terpisah. Badan usaha itu murni untuk mendukung proses pendidikan, bukan mencari keuntungan.
Dengan model pengelolaan tersebut, peserta didik di madrasah itu secara ekonomi tidak mampu justru tidak dibebani pembiayaan.
Dua kriteria
Pengajar Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta, T Sianipar, mengungkapkan, kriteria pendidikan bermutu dapat dilihat dari dua sisi, yakni internal, dalam hal ini dari sudut pandang penyelenggara pendidikan, dan sisi eksternal atau masyarakat.
Secara internal, pendidikan dikatakan bermutu jika siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh penyelenggara pendidikan. Hal ini, misalnya, dapat dilihat dari nilai dan prestasi belajar siswa. Namun, secara eksternal, masyarakat akan menilai pendidikan telah bermutu jika dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Oleh Karena itu, antara masyarakat dan dunia pendidikan seperti sekolah harus ada hubungan timbal balik. Pendidikan memberikan manfaat kepada masyarakat dan sebaliknya. Hanya saja, partisipasi masyarakat terhadap dunia pendidikan jangan disalahartikan secara sempit semata dalam bentuk dana atau bantuan uang. (INE)
Dikutip: KOMPAS, Jumat, 15 Februari 2008, HUMANIORA.
Sungguh harus diacungkan jempol dan salut kepada seseorang yang mampu mengapresiasikan dirnya kepada dunia pendidikan dengan mengelola Sekolah Murah Berkualitas. Karena jarang pada saat ini masih ada orang yang mempunyai jiwa rela berkorban bagi kemajuan dunia pendidikan bangsanya, murni untuk pengabdiannya bagi kemajuan pendidikan masyarakat tak mampu.khususnya dan bagi kemajuan dunia pendidikan bangsa umumnya, tanpa pamrih mendapatkan keuntungan materi belaka.
Semoga akan berbuah menjadi amal jariah yang akan terus mengalir tak pernah putus masuk kedalam perbendaharaan amal solehnya dan memayunginya dari azab kubur dan kepayahan di padang Mashar.
Seandainya saja banyak orang di negeri ini yang mempunyai niat dan rela berkorban dengan materi dan immateri bagi kemajuan pendidikan bangsanya, niscaya Jayalah negeri ini.

Ciri Anak Berbakat

Anak yang berbakat ternyata dapat dilihat dari cirri-ciri kesehariannya. Memang tiap anak berbeda-beda dan mempunyai bakat dan daya tangkap yang berbeda pula. Berikut ini beberapa ciri-cirinya :
CIMG2796
• Intelektual/Belajar
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik (perhatian tak mudah teralihkan).

• Kreativitas
Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain.

• Motivasi
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin.
Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal yang diyakini itu). Nah, bagaimana dengan anak anda ?

Kenapa Kita Harus Sekolah

Jer Basuki Mowo Beo”
No Pain No Gain”
Kebanyakan orang bilang kita memang harus sekolah bahkan sekolah sampai perguruan tinggi, alasannya beragam agar mudah dapat kerja sampai karena prestise (malu dong hari gini ko ga sekolah). Tapi apa benar untuk masyarakat yang multicultural seperti Indonesia kesadaran masyarakatnya telah benar-benar sadar kalau sekolah itu penting?
Kenyataannya masih banyak di Indonesia anak yang tidak sekolah. Padahal Sekolah adalah tempat pertama kalinya seorang anak belajar bersosialisasi secara formal, dan belajar untuk berkomunikasi dengan lingkungan yang baru.
Di Indonesia kemauan atau kesadaraan orang tua untuk menyekolahkan anak masih terhitung kurang, karena mereka lebih suka memperkerjakan anak mereka untuk menghidupi kebutuhan keluarga yang seharusnya menjadi kewajiban mereka.
Seperti yang di kutip dari wikipedia.com pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan — khususnya di Indonesia — yaitu:
Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.
Berikut ini adalah beberapa alasan kenapa kita harus sekolah:
1. Tidak bisa dipungkiri diera masa kini pendidikan formal yang biasanya ditempuh di sekolah, sekolah yang saya maksud adalah sekolah pada umumnya karena tidak dipungkiri ada orang tua tertentu yang menyekolahkan anaknya di rumah istilahnya adalah “home schooling”. Sekolah mengajarkan kita dunia baru yang mengajarkan kita bersosialisasi dengan orang lain yang tentunya baru dan asing. Untuk itu hari pertama di sekolah biasanya diramaikan dengan tangisan anak baru.
2. Sekolah mendidik kita untuk menggali ilmu pengetahuan agar setiap manusia dapat mencapai tujuan dalam hidupnya atau lebih tepat apa yang didambakan dan dicita-citakan dari kecil atau juga setidaknya menjadi manusia seperti manusia kebanyakan yang bersekolah.
3. Sekolah merupakan tempat yang memberikan peluang manusia menjadi lebih berguna bagi bangsa dan negara atau setidaknya berguna bagi keluarga karena semakin tinggi seorang manusia bersekolah tentunya peluang mendapat pekerjaan yang lebih baik.
4. Sekolah juga mendidik manusia untuk memanusiakan orang lain, mengajarkan manusia untuk mengerti dan mencintai orang lain selain dirinya sendiri karena di sekolah tentunya kita akan bertemu dengan manusia dengan sikap dan sifat yang beragam.
Jadi, meskipun biaya sekolah mahal kita tetap harus memperjuangkan setiap anak di Indonesia untuk bersekolah.

AGAR SI KECIL SEMANGAT KE SEKOLAH

Ada banyak hal yang menyebabkan Si Kecil malas ke sekolah. Dengan menemukan akar permasalahannya dan komunikasi yang baik antara orangtua dan guru, anak pun akan kembali semangat ke sekolah.

"Malas, ah. Aku enggak mau sekolah". Ucapan ini kerap terdengar dari mulut Si Kecil ketika dibangunkan pagi-pagi untuk berangkat ke sekolah. Terutama jika itu adalah hari pertamanya di sekolah baru atau hari pertama masuk sekolah lagi setelah libur panjang.
 CIMG2785 Pakar Psikologi Perkembangan Dra. Ratih Ibrahim, Psi. dari Klinik Perkembangan, Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, mengungkapkan, satu hal utama penyebab anak malas pergi ke sekolah adalah karena sekolah dipersepsikan sebagai tempat yang tidak menyenangkan. "Anak hanya mau pergi ke tempat yang menurutnya menyenangkan dan bertemu dengan orang-orang yang menyenangkan," ucap Ratih.
Menurut Ratih, empat hal yang harus dipenuhi agar anak tidak malas pergi ke sekolah, yaitu:
- Situasi dan kondisi sekolah. Apakah sekolahnya bersih, rapi, dan banyak tempat-tempat atau sarana yang menarik.
- Kegiatan. Apakah kegiatan di sekolah itu menyenangkan.
- Lingkungan. apakah orang-orang di dalamnya menyenangkan, termasuk guru dan teman-temannya.
- Waktu tepat. Apakah waktu pergi ke sekolah itu sesuai dengan jam biologis si anak.
Temukan Masalahnya
Bagi anak yang terbiasa dengan rumah yang bersih dan rapi, masuk ke sekolah yang kondisinya jelek, kotor, gelap, dan menakutkan, adalah hal yang sangat tidak menyenangkan. Baru membayangkannya saja si anak bisa langsung bilang ogah ketika dibangunkan pagi-pagi.
Itu sebabnya, orangtua perlu jeli ketika memilihkan sekolah. "Harus ada pertimbangan, termasuk kebiasaan-kebiasaan anaknya seperti apa. Memilih sekolah yang tepat itu bukan berarti gedungnya mewah atau mahal, tapi cocok enggak sekolah ini buat anaknya. SDM-nya bagaimana, guru-gurunya friendly atau enggak," jelas psikolog Indonesian Idol ini.
Selain kondisi sekolah, kurikulum dan budaya yang ada di sekolah itu juga harus diperhatikan. "Misalnya mau sekolah yang berdasarkan agama, tapi cocok enggak penerapannya ke anak? Kalau anak dibuat jadi serba takut, mungkin sekolah tersebut bukan sekolah yang tepat bagi si anak. Semua itu harus dicari tahu."
Anak juga akan merasa "tersiksa" di sekolah, jika tugas-tugas atau kegiatan yang harus dikerjakannya di sekolah ternyata dinilai terlalu sulit buat dia. Baik itu pelajaran, tuntutan, maupun pekerjaannya, karena di rumah dia belum terbiasa atau tidak pernah diajari dan dilatih melakukan hal-hal tersebut. Atau mungkin juga tugas-tugas yang diberikan memang tidak sesuai dengan tuntutan umurnya. "Anak bisa langsung enggak pede, nih. Karena enggak pede, dia jadi enggak mau ke sekolah. Apalagi kalau cara memaksa si anak melakukan sesuatu enggak cocok dengan hatinya."
Ada juga anak yang malas ke sekolah karena teman-teman barunya dinilai tidak cocok. "Misalnya, hobinya berbeda, atau dia merasa teman-temannya nyuekin dia. Ada juga teman yang galak dan suka ganggu. Atau dia sering ditertawakan, atau malah mungkin enggak punya teman sama sekali. Bisa juga dia melihat teman-temannya beda banget dan dia jadi minder. Ada banyak hal yang mungkin terjadi," papar Ratih.
Begitu juga dengan guru. Menurut Ratih, saat anak pertama kali datang ke sekolah, jika ia melihat guru yang menyambutnya tidak ramah, biasanya anak langsung menjaga jarak. Terutama bagi anak-anak yang usianya lebih kecil. Jika nanti suatu saat anak sudah merasa aman, barulah dia mau mendekat dengan gurunya. "Bayangkan kalau muka gurunya galak, menakutkan, atau judes. Anak-anak pasti langsung antipati."

PILAH-PILIH SEKOLAH BUAT SI KECIL

Sebentar lagi tahun ajaran baru dimulai. Saatnya para orangtua "berburu" sekolah buat putra-putri tercinta. Ada hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih sekolah yang tepat. Apa sajakah itu?
Mencari sekolah yang tepat buat Si Kecil bukanlah perkara mudah. Banyak sekali yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan pilihan. Yang paling sederhana adalah, kapan sebaiknya orangtua mulai mendaftarkan Si Kecil ke sekolah? Menurut Lara Fridani S.Psi M.Psych (Edu & Dev), tiga bulan sebelum sekolah dimulai merupakan waktu yang cukup bagi orangtua maupun pihak sekolah untuk saling menyiapkan diri dari berbagai segi. 
New Image2 "Bagi sekolah sendiri idealnya tiga bulan ini tentu bukan berarti persiapan dari awal. Tenaga pendidik, sarana dan prasarana, administratif, dan lain-lainnya harus sudah dimulai sebelumnya," papar psikolog sekaligus dosen Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Jakarta.
Bagi orangtua, waktu tiga bulan tersebut cukup memberikan kesempatan pada mereka untuk observasi ke beberapa sekolah yang akan menjadi pilihan. Termasuk mengajak anak mengenal lingkungan sekolah, memberikan informasi dan mengkondisikan anak saat masa transisi, hingga mempersiapkan dari segi biaya.
Memang benar, kini tak sedikit sekolah yang membuka pendaftaran yang terlalu cepat dan diikuti dengan penutupan yang cepat pula. Misalnya pembukaan pendaftaran enam bulan sebelumnya dan ditutup dan dua minggu. Lara berpendapat, di satu sisi hal ini menguntungkan bagi pihak sekolah untuk lebih mempersiapkan diri menyambut kehadiran anak baru. Tetapi, di sisi lain cukup membingungkan orangtua untuk menentukan pilihan sekolah bagi anak secara cepat.
KRITERIA SEKOLAH BAGUS
Setiap orangtua pasti ingin anaknya bersekolah di sekolah yang berkualitas bagus. Kriteria kualitas bagus berbeda dari satu orangtua dengan orangtua lain. Bagus bagi kita (orang dewasa) sebaiknya juga ditunjang pemahaman kita tentang sekolah yang bagus untuk perkembangan anak.
Contohnya, ada orangtua yang sangat senang jika anaknya masuk TK atau SD dimana gurunya menegakkan disiplin yang keras, aktif mendorong murid-muridnya untuk berlomba dan memperebutkan piala, mengejar target kurikulum di atas standar sehingga secara akademik si anak mendapat nilai rapor tinggi. Padahal, sistem tersebut belum tentu cocok dengan perkembangan anak.
Ditinjau dari sisi perkembangan anak, menurut Lara, sekolah yang bagus adalah yang memiliki kriteria sebagai berikut :
- Sarana cukup & aman
Sekolah memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan aman untuk anak. Ruang yang relatif permanen juga diperlukan disertai suasana sekolah yang memiliki nuansa hijau yang cukup (tidak selalu dikelilingi ruang dan tembok). Hal ini berkaitan dengan masalah fisik dan psikis anak agar merasa cukup nyaman dan segar saat belajar
- Tenaga pendidik berkualitas
Memiliki tenaga pendidik yang berwawasan terbuka (dalam arti terus belajar tentang anak, menghargai masukan atau input dari ahli pendidikan, praktisi, orangtua, dan lain-lain)
- Disiplin
Menerapkan disiplin yang bukan kekerasan
- Lingkungan kondusif
Memberikan lingkungan yang kondusif (termasuk menerapkan kerjasama atau collaborative learning untuk anak)
- Metode bervariasi
Menggunakan metode yang bervariatif dalam mengajar, dengan melibatkan multiple intelligency mereka. Sehingga tidak semata-mata mengejar target kurikulum dan mengesampingkan pentingnya proses pembelajaran tersebut.

Permainan Apa Yang Cocok Untuk Anak Saya?

Pertanyaan seperti ini sering menghampiri para orangtua, karena dengan banyaknya pilihan permainan yang ada terkadang membuat bingung apa yang baik, dan apa yang tidaCIMG2660k.
Permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangannya. Karena bermain adalah cara yang dimiliki oleh anak untuk mempelajari dunia, maka tugas kita sebagai orangtua adalah memilih aktivitas terbaik untuk mereka. Biasanya anak usia 12 bulan memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk mengetahui sebuah ‘sebab-akibat’, sebuah permainan ‘hide and seek’, bersembunyi di balik kursi atau meja akan menjadi permainan yang menyenangkan bagi mereka. Bagi anak yang berusia 20 bulan, karena kemampuan fisik mereka sudah cukup baik, mereka memiliki keinginan yang kuat untuk tantangan fisik, misalnya menaiki tangga, karena itu carilah tempat yang cukup aman untuk mereka bermain dan kita tetap bisa mengawasinya dengan baik.
Berikut beberapa panduan permainan yang baik untuk anak dalam beberapa tahap.
Permainan sosialisasi.
Berinteraksi dengan orang lain amat penting untuk perkembangan terutama di tahun pertamanya. Bayi suka melihat, tersenyum, dan tertawa. Bayi yang lebih besar suka permainan peekaboo (cilukba) dan permainan dengan menggunakan lagu-lagu yang simpel.
Permainan menggunakan obyek.
Menyentuh, membanting, memasukkan ke mulut, melempar, mendorong, dan banyak hal lainnya yang akan menjadi eksperimen yang mengagumkan bagi bayi berusia 4 sampai dengan 10 bulan.
Permainan representasi dan fungsi.
Berpura-pura menggunakan alat-alat dengan caranya, misal menggunakan sisir untuk menyisir rambutnya, atau menggosok gigi dengan sikat gigi, adalah permainan imajinasi bagi anak usia 12 sampai dengan 21 bulan, karena pada usia ini imajinasi mereka mulai berkembang.
Permainan simbol.
Permainan ini biasanya dilakukan oleh anak di kisaran usia 2 tahun, berandai-andai bahwa kotak sepatu adalah bis sekolah dan menirukan suara motor.
Permainan peran.
Biasanya dilakukan oleh anak usia 30 sampai 36 bulan. Pada usia ini mereka akan menjadi aktor dan aktris cilik yang hebat. Mereka berpura-pura menjadi dokter, guru, ibu, atau lainnya, dan pintar menyerap apa yang terjadi di lingkungannya.

Pentingnya Bermain Untuk Perkembangan

Bermain sangat penting untuk perkembangan anak. Dengan bermain mereka dapat mengembangkan emosi, fisik,  dan pertumbuhan kognitif nya. Bermain adalah cara bagi anak untuk belajar mengenai tubuh mereka dan dunia ini, dan pada saat itulah mereka akan menggunakan kelima indra yang dimilikinya.
“Bagaimana rasanya jika benda ini disentuh? Bagaimana bunyinya jika benda ini CIMG2726dijatuhkan? Apa yang terjadi jika benda ini dilempar?”
Dengan mengeksplorasi hal-hal yang ada disekitarnya inilah otak anak akan berkembang. Dengan bermain mereka mengembangkan imajinasi, skill, kemandirian, kreativitas, dan kemampuan bersosialisasi. Disini mereka akan belajar berbagi mainan dengan teman dan saudaranya, belajar mengucapkan kata ‘maaf’ dan ‘terima kasih’.
Pada saat ini, bermain adalah pekerjaan anak, dan membereskan sisa permainan menjadi pekerjaan kita sebagai orang tua :)