CARI- CARI SEKOLAH BERKUALITAS

Sudah lama sekali blog ini tidak diisi. Kesibukan yang tiada henti. Seorang diri mengelola blog ya walaupun hanya blog kecil-kecilan, tetapi butuh keistiqomahan yang luar biasa susah......alesan :) Sembari menjadi PNS di Jakarta, pergi pagi pulang petang. Belum lagi tugas belajar S2 di IPB yang belum kelar serasa menguras semua waktu saya. Di samping itu juga harus menjadi arsitek dan mandor untuk pembangunan gedung lantai 2 TK ISLAM PERMATA. Masih banyak PR lainnya yang belum juga terselesaikan. Namun, kita tidak boleh beralasan. Jalani, atur dan selesaikan dengan sebaik-baiknya. Tak terasa juga Alloh menganugerahi saya 2 malaikat kecil secara berurutan. Anak kedua lahir pas ketika mau menuyusun tesis, saya beri nama RURUH WENING NASTITI. Anak ketiga lahir ketika tesis belum juga kelar, saya beri nama BATTUTAH ABDUL JABBAR. 2 malaikat kecil itu ikut mewarnai kesibukan saya dan istri hari-hari ini. Kurang tidur sudah pasti, begadang malam hampir tiap hari. Belum dikejar-kejar tugas kantor yang tak habis-habis dikerjakan, dan ancaman SP dari kampus karena tugas belajar yang tak kelar-kelar. Kembali lagi ke blog ini, seyogyanya saya mengupload dokumentasi kegiatan yang sudah dilaksanakan. Baik itu pembelajaran dalam kelas maupun kegiatan outing class. Namun lagi-lagi dokumentasi hanya tersimpan rapi di laptop dan belum sempat terupload. Mungkin menunggu waktu yang tepat kali ya, Insya Alloh akan saya upload. Setidaknya di kemudian hari kita dan para orang tua akan bernostalgia mengingat-ingat anak-anak murid kita yang imut dan lucu-lucu tertawa menangis diabadikan dalam jepretan kamera pocket yang kami punya. Insya Alloh. Amiin....

 Cari-cari sekolah, ya itu juga yang sedang kami pikirkan dan mungkin juga pembaca semua rasakan. Apa sih kriteria sekolah bagus yang kita inginkan? Anak saya yang pertama KUKUH ABDURROHMAN sudah berusia 8 tahun lebih, saat ini kelas 2 di SDN di dekat SMA 1 Cikarang Utara. Saya perhatikan dari hari ke hari makin menurun saja tingkat belajar dan kemauannya belajar, maaf sepertinya sekolah yang ada sekarang kurang bisa mengakomodasi daya belajarnya KUKUH. Sempet diskusi sama istri, cari-cari SDIT di seputaran cikarang tapi yang mana? Masih pilah pilih. Maka muncullah kriteria dari diskusi kami berdua, sekolah bagus itu harus :

Bagus. Bagus bukan berarti mahal kan? Ada SDIT deket rumah, tapi kok mahal, ketika survey ke dalam tidak beda jauh dengan SDN dimana anak kami sekolah. Guru-gurunya kurang dekat dengan anak dan terkesan kejar tayang ngajar di tempat lain. Sekolah bagus bukan obral fasilitas, tapi harus lebih memfokuskan pada guru yang menjadi motor penggerak sekolah itu. Kalo gurunya aja kurang kompeten, mau fasilitas semewah apapun maka anak kita nggak akan jadi anak yang berkembang. Kata kuncinya, saya tidak butuh fasilitas mewah tapi yang saya butuhkan adalah guru yang dekat dengan anak, dihormati dan disayangi bukan ditakuti dan paling penting bukan guru yang kejar tayang ngejar setoran di sekolah lain.

Berkualitas. ini adalah kata kunci yang kata orang bilang relatif, seperti relatifnya tingkat kecantikan seseorang. Si A bilang bagus, si B bilang jelek. Atau sebaliknya. Namun bagi kami berkualitas adalah, dibentuk oleh sifat-sifat lain yang mendukung seperti: Bagaimana kedisiplinan guru dan muridnya? Bagaimana kesungguhan guru mengajar? Bagaimana kesungguhan orang tua membantu pihak sekolah? Bagaimana kesungguhan pihak sekolah mengakomodasi keinginan orang tua dan murid? Bagaimana kesungguhan pihak sekolah melakukan inovasi terhadap cara belajar dan mendidiknya?

Terjangkau. Terjangkau bukan berarti murah dan murahan. Sekolah murah identik dengan gratis dan tidak membayar. Ingat pepatah jawa kan? Jer Basuki Mowo Beyo, Jer Mukti Mowo Usoho. Yang artinya Kalau ingin berhasil ya butuh perjuangan dan pengorbanan. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Murahanan, artinya sembarangan dan tidak berkelas. Terjangkau adalah dimana orang tua sekuat tenaga juga berusaha mencukupi kebutuhan belajar anaknya dengan membayar sesuai kemampuan orang tua tanpa terbebani. Jika memang dengan biaya tersebut anak menjadi lebih berhasil, orang tua akan berusaha mencukupinya. Terjangkau tidak identik dengan murah dan murahan.

Tidak Instan. Menjadi berhasil dan unggul dalam belajar tidak bisa dipaksakan dengan cara-cara instan. Semuanya perlu proses. Di deket rumah kami di kebon kopi ada lembaga bimbingan belajar membaca. Dengan membayar sejumlah uang ditargetkan dalam 4 bulan sudah bisa baca. Banyak sekali orang tua yang menitipkan anaknya di situ. Alasannya simple, kan cuma 4 bulan sudah bisa baca, ngapain lama-lama di TK toh nanti juga bisa baca juga yang dibutuhkan di SD. Saya pribadi kurang setuju dengan pemikiran seperti itu. Belajar dengan cara instan ibarat memaksa buah belum matang dipaksa untuk matang. Kalaupun matang tapi rasanya tidak seenak buah yang matang alami. Begitu juga dengan belajar dan cara belajar semuanya perlu proses. Dari proses itu anak akan belajar memahami secara bertahap dan alamiah. Dari proses itu juga anak akan belajar bersosialisasi dengan diri dan lingkungan. Bersosialisasi itu penting lho, kalau tidak dibiasakan anak akan menjadi anak yang egois, mau menang sendiri dan kurang peka terhadap yang lain. 

Itulah-itulah kriteria-kriteria yang menurut kami harus terpenuhi bagi sekolah yang ingin dibilang sekolah bagus dan berkualitas. Tanpa itu semua, maka sekolah yang ada hanyalah sekolah yang hanya mengobral fasilitas tanpa tahu hakekat mengajar yang sesungguhnya. Di deket rumah juga ada SDIT baru, tetapi kami kurang sreg. Anak-anak belum cukup umur masih di bawah 6 tahun diterima, padahal usia dibawah 6 tahun itu usia belum matang. Belum bisa baca lagi mereka, al hasil bercampurlah anak yang jebolan TK sudah bisa baca dicampur dengan anak-anak umur kurang dan belum bisa baca. Tentu hal ini juga kurang bagus kan? Saya kira ini dulu dah, belum sempet ngisi yang panjang lebar. daripada panjang lebar nggak dibaca mending sedikit tapi bermakna. Setuju?

 Jagawana, 24 Maret 2015